Home

Minggu, 30 Desember 2012

Chlorinasi


BAB I
PENDAHULUAN


1.        Latar Belakang
Air merupakan salah satu materi alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Untuk mendapatkan air yang sesuai dengan standar kesehatan perlu adanya pengolahan terlebih dahulu, salah satunya yaitu dengan proses desinfeksi dengan senyawa chlor (chlorinasi).

2.        Tujuan
a.    Mengukur kadar residu chlor di air
b.    Menganalisis jenis senyawa chlor yang efektif digunakan untuk chlorinasi.

3.        Manfaat
a.    Sebagai bahan informasi bagi instansi pengelola peyediaan air bersih
b.    Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam proses pengolahan dan pengawasan air bersihi


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Desinfeksi
1.1.  Pengertian Desinfeksi
Yang dimaksud dengan desinfeksi air adalah membunuh bakteri pathogen yang penyebarannya melalui air (bakteri yang dapat menimbulkan bibit penyakit) yang ada dalam air.
1.2.  Metode desinfeksi air
Desinfeksi air dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara antara lain :
a.       Penyinaran (sinar ultraviolet atau ozon)
b.      Ion-ion logam (copper and silver)
c.       Dengan asam atau basa (iodin dan bromin)
d.      Senyawa-senyawa kimia (ferrat, hidrogen peroksida, kalsium permanganat)
e.       Chlorinasi.

Dalam makalah ini yang akan dibahas hanya tentang chlorinasi, sesuai dengan judul makalah “DESINFEKSI AIR DENGAN CHLORINASI”
2.      Desinfeksi Dengan Chlorinasi
2.1.  Chlor yang Banyak Digunakan
Chlorinasi merupakan cara yang efektif dan masih banyak digunakan pada sistim pengolahan air bersih diseluruh Indonesia terutama PDAM. Proses chlorinasi adalah pembubuhan chlor atau senyawa chlor kedalam air dengan tujuan untuk membunuh kuman atau bakteri pathogen dan untuk menghilangkan bau.
Bahan-bahan atau zat-zat kimia yang mengandung chlor yang banyak digunakan dalam proses chlorinasi pada umumnya adalah :
a.       Natrium Hipoklorit (NaOCl)
Natrium Hipoklorit merupakan senyawa chlor berbentuk cairan yang mengandung chlor aktif 12 %. Senyawa ini merupakan salah satu jenis desinfektan yang sering digunakan pada pengolahan air karena sangat murah dan mudah didapat. Akan tetapi senyawa ini bersifat korosif dan cepat rusak.
b.      Kalsium Hipoklorit (Ca(OCl)2)
Senyawa ini terkenal dengan nama kaporit, merupakan senyawa chlor berbentuk bubuk atau tablet. Senyawa ini mengandung chlor aktif 70 % dan merupakan bahan kimia paling banyak digunakan untuk desinfeksi air karena murah, mudah didapat dan mudah penanganannya.
c.       Chlorine Dioksida (ClO2)
Digunakan untuk pengolahan air bersih untuk menghilangkan rasa, bau,  senyawa fe, Mn, serta sebagai desinfektan dan mencegah alga.
d.      Natrium Dichloro-Chlorin (NaDCC)
Senyawa ini mengandung chlor aktif 60 % berbentuk tablet. Kentungannya adalah masa kontak dengan kuman hanya 10 menit, praktis, korosif pada reservoir air yang terbuat dari besi dapat dikurangi, namun harganya relative mahal.
e.       Dichloro-Triazinetrione (SDCT)
Tablet ini mengandung kadar chlorine 60 %. Dalam perdagangan dikemas dalam bentuk tablet 50 gr.
2.2.  Faktor-faktor yang mempengaruhi chlorinasi
Kecepatan dan keampuhan berbagai desinfektan dalam proses chlorinasi tergantung dari beberapa factor anara lain :
a.       Waktu kontak
b.      Jenis dan konsentrasi desinfektan
c.       Keadaan mikroorganisme
d.      Factor lingkungan (pH, suhu, kualitas air, pengolahan air)

2.3.  Sifat-sifat Chlor
a.       Sifat fisik
Berwarna kuning kehijauan, bau khas dan sedikit larut dalam air dan kelarutannya akan menurun seiring peningkatan suhu.
b.      Sifat Kimia
Bila berada diair akan bereaksi dengan seluruh metal dan unsure lainnya. Pada suhu normal tidak bereaksi dengan oksigen.
2.4.  Proses Chlorinasi
Chlor yang terlarut didalam air akan bereaksi membentuk asam chloride (HCl) dan asam hipochlorit seperti dibawah ini :
Cl2 + H2O                   HCl + HOCl
Apabila pH melebihi 4 maka keseimbangan reaksi akan berjalan kekanan, artinya larutan chlor didalam air cenderung membentuk larutan HCl dan HOCl dan akan menurunkan jumlah Cl2 didalam larutan. Asam khlorida merupakan asam kuat dan akan terdisosiasi menjadi ion H+ dan ion Cl- :
HCl                 H+ + Cl-
Sedangkan asam hipoklorit merupakan asam lemah dengan tingkat disosiasi yang rendah :
HOCl              H+ + OCl-
Cl2, HoCl, OCl- merupakan sisa chlor yang bersifat toksik bagi kuman. Keaktifannya tergantung pada suhu dan pH. Selain bereaksi dengan air, chlor juga akan bereaksi dengan berbagai material yang ada dalam air, khususnya agen perudiksi baik yang beraeksi sangat cepat atau lambat. Salah satu material pereduksi adalah hydrogen sulfida (H2S) yang bereaksi menjadi :
H2S+Cl2                      2HCl + S
2.5.  Sisa Chlor sebagai control Chlorinasi
Chlorine yang terdapat dalam air sebagai asam hipoklorit dan ion hipoclorit itulah yang disebut dengan chlorine bebas, sedangkan chlorine yang terdapat dalam air yang ergabung dengan ammonia atau senyawa nitrogen organic disebut chlorine terikat.
Jumlah sisa chlor yang tersedia dalam air yang telah diolah sangat tergantung pada kondisi air yang akan diolah:
a.    Jika air banyak mengandung amoniak penambahan chlor akan menghasilkan sisa chlor tersedia terikat.
b.    Jika air tidak mengandung aminiak penambahan chlor akan menghasilkan sisa chlor tersedia bebas.
c.    Jika air mengandung sisa chlor bebas, penambahan amoniak akan menurunkan sisa chlor tersedia bebas dan tersedia terikat.
2.6.  Penentuan Dosis Chlor pada Proses Chlorinasi
Jumlah chlorine yang ditambahkan pada air biasanya disebut dosis chlorin, hal ini terpisah dari kebutuhan chlorin. Bila senyawa chlor ditambahkan pada air dalam jumlah kecil, biasanya berkisar 0,25 – 0,75  mg/l, dan bereaksi dengan cemaran yang terdapat dalam air. Senyawa yang bertanggung jawab atas tingginya kebutuhan chlorin adalah senyawa-senyawa yang mengandung besi, mangan, nitrit dan sulfida. Chlorine yang telah bereaksi dengan senyawa-senyawa tersebut sudah tidak lagi mempunyai daya desinfektan, sehingga perlu adanya penambahan chlor.
2.7.  Dampak Chlorin terhadap Kesehatan
Karena banyaknya penggunaan chlorine dilapangan dalam dosin yang berlebihan sering terjadi pelepasan gas chlorin. Gas chlorin adalah gas berwarna hija dengan bau yang sangat menyengat. Berat jenis gas chlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas hydrogen chloridayang toksik. Terbentuknya gas chlorine diudara ambient merupakan efek samping dari pemutihan dan produksi zat atau senyawa organic yang mengandung chlor, sehingga kadar gas chlorine dalam udara ambient akan melebihi baku mutu (150 gr/Nm3).
Selain bau yang menyengat gas chlorine dapan menyebabkan iritasi pada mata dan peradangan pada saluran pernafasan. Apabila gas chlorine masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hydrogen akan dapat membentuk asam chloride yang bersifat sangat korosif.
 Dengan adanya sinar matahari atau sinar terang maka HOCl yang terbentuk akan terdekomposisi mencadi asam chloride dan oksigen. Selain itu juga gas chlorine dapat mencemari atmosfer. Pada kadar antara 3,0-6,0 ppm gas chlorine terasa pedas dan memerahkan mata dan apabila terpapar dengan kadar sebesar 14,0-21,0 ppm selama 30-60 menit dapat menyebabkan penyakit paru-paru (Pulmunari oedema).
2.8.  Metode Analisis residu Chlorin
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar residu chlorine bebas atau terikat. Jumlah residu chlorine yang terdapat dalam air dapat dianalisis dengan bauak secara iodometrik atau secara ortotolidin.
Cara iodometrik biasanya digunakan dalam persiapan standat chlorine sementara, cara ini lebih tepat dibandingkan dengan cora ortotolidin dalam menganalisa total residu chlorine, tetapi tidak yang tersedia bebas maupun terikat. Sedangkan cara ortotolidin atau yang sering disebut dengan ortotolidin flash test lebih banyak bersifat sebagai uji kualitatif untuk residu chlorine. Cara ini memungkinkan untuk dapat membedakan chlorine bebas, chlorine terikat dan warna yang disebabkan oleh bahan pengganggu.










BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a.       Dosis chlor yang ditambahkan kedalam air adalah sebesar 0,2-0,5 mg/l
b.      Senyawa chlor yang paling efektif digunakan dalam proses chlorinasi adalah Natrium Dichloro_Chlorin, karena pada dosis 8 mg/l BPC sudah dapat tercapai.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar