BUMI
MEMANAS KUMAN PENYAKIT MENGGANAS
Suhu
permukaan bumi dalam tiga dekade terakhir mengalami kenaikan yang siginifkan
dibandingkan dengan rata-rata suhu
permukaan bumi dua abad terakhir. Apa artinya, di seluruh dunia manusia akan
menghadapi perubahan lingkungan hidupnya, karena perubahan suhu mempengaruhi
banyak hal. Apabila kenaikan suhu tersebut terus dibiarkan, manusia akan punah,
berarti kita semua akan punah “sangat mengerikan kalau mendengar kalimat
itu” agama samawi mengajarkan, suatu
ketika dunia akan sangat panas dan tidak ada lagi manusia yang bisa hidup atau
meminta pertolongan dari manusia lain. Itulah Kiamat!!!! Khawatirkah kita? Ah…. Itu semua kan sudah
takdir dari Tuhan. Semua sudah diatur oleh tuhan, bahwa tidak ada yang kekal
yang ada dialam ini. Bukankah kenaikan suhu juga dapat disebabkan karena suhu
permukaan matahari yang semakin tinggi? Apa yang bisa kita lakukan? Banyak pertanyaan dapat kita lontarkan. Tetapi, yang
jelas, manusia memiliki perasaan, agama juga mengajarkan agar kita dapat
mencegah kemunkaran. Kerusakan atau keadaan yang dapat membahayakan alam ini
dapat kita cegah, jika kita sudah berusaha semaksimal mungkin tetapi itu tetap
terjadi, itulah barangkali yang dinamakan Takdir.
Kekuasaan
manusia di planet bumi akan berakhir
karena manusia tidak bias mentolerir kenaikan iklim bumi karena ulahnya sendiri. Cilaka memang,
manusia yang membuat itu semua tetapi efeknya bukan saja manusia yang merasakan,
tetapi jutaan spesies makhluk hidup lain
juga ikut merasakan. “Ego!!”
Pemanasan
global tak hanya berdampak serius pada lingkungan manusia di bumi namun juga
terhadap kesehatan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pertemuan tahunan di
Genewa mengatakan bahwa berbagai penyakit infeksi yang timbul diidentifikasi
terkait dengan perubahan lingkungan hidup yang drastis. Kerusakan hutan,
perluasan kota, pembukaan lahan untuk pertanian, pertambangan, serta kerusakan
ekosistem di kawasan pesisir memicu munculnya patogen lama maupun baru.
Berbagai penyakit yang ditimbulkan parasit juga meningkat terutama di wilayah
yang sering mengalami kekeringan dan banjir.
Pemanasan
global juga menyebabkan musim penyerbukan berlangsung lebih lama sehingga
meningkatkan resiko munculnya penyakit yang ditimbulkan oleh kutu di wilayah
Eropa Utara. Peyakit lain yang teridentifikasi adalah lyme, yang disebabkan
oleh semacam bakteri di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Gejalanya berupa sakit
kepala, kejang, dan nyeri sendi. Penyakit itu berpindah melalui gigitan sejenis
kutu rusa yang telah terinfeksi lyme.
Bakteri yang sama juga benyek ditemukan pada tikus. Dampak lain yang terasa
adalah nyamuk-nyamuk semakin berkembang biak terutama di Afrika dan Asia. Dua
penyakit serius akibat gigitan nyamuk, yaitu malaria dan demam berdarah dengue,
sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Di Indonesia kita sudah merasakannya
langsung, yakni tingginya angka korban yang menderita demam berdarah.
WHO
juga menyebutkan ancaman lain dari meningkatnya suhu rata-rata global, yakni
penyakit yang menyerang saluran pernapasan. “Gelombang panas menyebabkan jumlah
materi dan debu di udara meningkat,” kata Bettina Menne, anggota WHO divisi
Eropa. Suhu udara yang semakin hangat juga membawa penyakit alergi. Kenaikan
permukaan air laut akan mengakibatkan banjir dan erosi, terutama di kawasan
pesisir, dan mencemari sumber-sumber air bersih. Akibatnya adalah wabah kolera
dan malaria di negara miskin. Wilayah di Asia selatan, terutama Bangladesh
disebut sebagai wilayah yang paling rawan karena berada di dataran rendah dan
sering mengalami banjir. Mencairnya puncak es Himalaya, luasnya daerah gurun
pasir dan wilayah pesisir pantai yang tercemar merupakan sarana penularan
penyakit, hal ini juga menyebabkan angka kekurangan gizi pada anak-anak.
Maria
Neira, direktur WHO untuk layanan kesehatan publik mengatakan bahwa kebutuhan
akan peraturan penyelamatan lingkungan semakin mendesak. Menurutnya dampak dari
pemanasan global sangat luas, tidak terbatas pada masalah lingkungan dan dampak
ekonomi saja, namun menyangkut kesehatan manusia. Ia meminta para ahli
kesehatan untuk lebih aktif terlibat dalam pembuatan peraturan tentang
penggunaan energi dan konservasi lingkungan. Neira juga mengatakan agar para
pemimpin politik menyiapkan tindakan yang cepat dalam menghadapi berbagai wabah
penyakit.
Karena
pemanasan global terjadi di lapisan troposfer (lapisan atmosfer terdekat dengan
kehidupan manusia; tempat terjadinya berbagai fenomena cuaca), maka tidak bisa
dipungkiri bahwa pemanasan global juga akan menyebabkan perubahan iklim
(climate change). Diprediksikan bahwa perubahan iklim bisa menyebabkan musim
kemarau yang semakin panjang serta musim hujan yang semakin pendek periodenya
namun dengan peningkatan intensitas curah hujan (Meiviana dkk., 2004). Kedua
hal tersebut: musim kemarau yang berkepanjangan serta tingginya curah hujan,
sudah dirasakan masyarakat di tanah air. Kemarau panjang menyebabkan kegagalan
pertanian dan kekurangan air bersih yang akut di berbagai tempat. Tingginya
curah hujan menimbulkan bencana banjir di mana-mana. Beberapa ilmuwan juga
mencoba menghubungkan perubahan iklim dengan semakin tingginya frekuensi dan
intensitas badai (hurricane) yang terjadi di berbagai wilayah di bumi, utamanya
belahan utara dan selatan bumi.
Beberapa
masalah kesehatan, seperti penyakit malaria dan demam berdarah, juga ditengarai
mengalami peningkatan akibat perubahan iklim (Meiviana dkk., 2004). Kenaikan
temperatur bisa menyebabkan lebih singkatnya periode pertumbungan nyamuk yang
selanjutnya berperan dalam peningkatan wabah malaria dan demam berdarah.
Langkah-langkah
pencegahan untuk menghadapai berbagai wabah penyakit dapat kita lakukan antara
lain (1) pencegahan melalui Sistem Bio Informatika, yaitu penanganan perubahan
dengan mengadakan peringatan dini sebelum terjadi wabah, maka diharapkan wabah
penyakit dapat dicegah, (2) dari sisi kesehatan lingkungan, Mengembangkan Desa
Sehat, yang diharapkan masyarakat dapat mengatasi permasalahan yang timbul (3) mengembangkan
teknologi yang ramah lingkungan (menggunakan energiai tenaga surya) (4) mengubah
perilaku masyarakat (menghemat pemakaian minyak tanah yaitu dengan meminum air
minum isi ulang atau air kemasan).
Secara
rinci penulis mengemukakan beberapa trik-trik sederhana untuk mengurangi
pemanasan global yang dapat kita lakukan dikehidupan sehari-hari antara lain
pada:
1. Penggunaan kendaraan bermotor (transportasi)
: Hindari menggunakan
pesawat terbang untuk jarak kurang dari 500 km, Tinggalkan mobil di rumah untuk
jarak yang tidak terlalu jauh, Gunakan kendaraan umum, kurangi polusi, Gunakan
sepeda untuk perjalanan jarak pendek, Matikan mobil jika menunggu lebih dari 30
detik, Panaskan mobil seperlunya, Periksa tekanan ban mobil karena kurangnya
tekanan menyebabkan boros bahan bakar, Turunkan barang dari bagasi jika tidak
dibutuhkan, Rawatlah sistem pengeluaran polusi kendaraan bermotor Anda.
2. Ketika kita berada di kantor dan sekolah : Matikan perangkat kantor di malam hari dan
saat libur, Matikan monitor komputer saat istirahat, Matikan lampu jika tidak
digunakan, Gunakan perangkat kantor hemat energy, Lakukan audit energi untuk
penghematan, Jangan tinggalkan alat-alat elektronik dalam keadaan stand-by, Hemat
kertas dengan mencetak bolak-balik, Hemat pemakaian tisu, Mengurangi pemakaian
AC, gunakan kipas angin, Menanam pohon di sekitar pekarangan Anda, Ikut
mendukung kampanye pelestarian alam.
3. Ketika kita berada di rumah : Tutup kran air dengan rapat, Hemat air
untuk mandi, Gunakan mesin cuci hanya jika cucian banyak, Matikan lampu dan
alat elektronik jika tidak digunakan, Panaskan air untuk minum seperlunya, Pilih
alat elektronik hemat energy, kurangi menggunakan wadah plastik, Pasang pemanas
bertenaga matahari di atap rumah, Ganti tisu dengan lap kain, Mengurangi
pemakaian AC, Menanam pohon di sekitar pekarangan Anda, Ikut mendukung kampanye
pelestarian alam.
Secara tidak sadar kita telah ikut
menjadi penyebab pemanasan global karena
kegiatan kita sehari-hari. Salah satu penyebab pemanasan global adalah gas
rumah kaca, gas rumah kaca lepas ke udara,
saat kita menyalakan televise, computer, memasang AC, menyalakan lampu, menggunakan
pengering rambut, mengendarai mobil/motor, bermain video game, menyalakan
radio, menggunakan microwave/oven, mencuci atau mengeringkan pakaian dengan
mesin, membuang sampah ke, tempat penimbunan sampah, menggunakan batu bara
sebagai bahan bakar, menggunakan barang-barang pabrikan.
Kita
berharap agar bumi kita yang hanya satu ini masih mampu menampung
generasi-generasi manusia di masa mendatang. Oleh karena itulah, merupakan
tugas kita bersama untuk menyembuhkan atmosfer kita yang sedang sakit sehingga
kuman-kuman penyakit dapat terkendali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar